Pertama kalinya Mahasiswa Pendidikan Sejarah melakukan kunjungan ke Kuching 

Facebook
Twitter
LinkedIn

Mahasiswa Pendidikan Sejarah angkatan 2022 dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan melakukan kunjungan ke Kuching, Malaysia yang dimana untuk pertama kalinya, dilaksanakan pada tanggal 19-22 Agustus 2024.

Kunjungan ini ditujukan sebagai eksplorasi warisan budaya dan sejarah Serawak. Bahkan KKL ini juga dilakukan oleh prodi Pendidikan Sejarah studi banding ke Universitas Malaysia Serawak (Unimas) tepatnya di Fakulti Sosial dan Kemanusiaan (FSSK). Dalam pertemuan tersebut kedua pihak turut melakukan sharing materi dengan bertujuan untuk saling mengetahui terkait sejarah dari kota masing-masing. Maka dari itu Dr. Sofia dari pihak Unimas memaparkan tentang asal usul dan pergerakan nasionalisme awal di Serawak. Yang dimana seperti diketahui, Serawak merupakan bagian kenegaraan dari Malaysia lewat Federasi dan juga pernah menjadi bagian koloni Inggris pada masa itu. Sementara Haris Firmansyah, M.Pd selaku perwakilan Prodi Pendidikan Sejarah, memaparkan terkait tentang “Mengenal Kota Pontianak: Toponomi dan Permukimannya”.

Selain melakukan banding studi ke Unimas. Rombongan Mahasiswa beserta dosen melakukan kunjungan ke Benteng Margaretha merupakan salah satu situs peninggalan kolonial Inggris, benteng ini dibangun oleh Charles Brooke (Dikenal sebagai Raja Putih Serawak) tahun 1879 yang terletak tepat di pusat kota Kuching. Didalam benteng juga didapatkan dokumen dan artefak bersejarah yang berkaitan dengan aktivitas kolonial Inggris di benteng tersebut.

Tidak luput juga mengunjungi Borneo Culture Museum yang memiliki 5 lantai, dimana Borneo Culture Museum ini sebagian besar menjelaskan tentang Keharmonisan Alam dan Manusia, penemuan arkeologi dan foto-foto beserta peninggalan yang menyangkut pautkan sejarah singkat pembentukan Serawak dan Kebangkitan Serawak.

Situs terakhir, mengunjungi Museum Tiongkok, dimana museum ini menjelaskan tentang keberadaan orang-orang Tionghoa di Serawak terkhususnya di Kuching sebagai alasan mayoritasnya orang Tionghoa bisa berada disitu dan menjadi tulang punggung perekonomian Serawak. Hal ini tidak lepas daripada orang-orang Tionghoa dari Guandong dan Fujian ke Serawak pada abad ke-19, mereka didatangkan pada awalnya karena untuk melakukan pertambangan emas yang lagi tren pada masa itu karena pengaruh Kongsi-Kongsi pertambangan dan juga dipekerjakan perkebunan lada. Museum Tiongkok ini sebagian besar berisi koleksi artefak, foto dan dokumen yang menggambarkan aktivitas sosial-ekonomi orang-orang Tionghoa di Serawak.

Penulis: Judirho

Berita Lainnya

E-Modul Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura kini menyediakan e-modul penelitian dan pengembangan untuk membantu praktisi, guru, dan mahasiswa dalam menghasilkan karya ilmiah inovatif yang